Kalen Edukasi Lupatmo: Selokan Cantik di Selatan Jogja



Terbawa lagi langkahku ke sana
Mantra apa entah yang istimewa
Ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja


Sesuatu di Jogja - Adhitia Sofyan


Begitulah salah satu kutipan lirik lagu penyanyi folk favorit saya. Benar kata Adhitia Sofyan, memang selalu ada sesuatu di Jogja.

Jogja memang selalu istimewa dengan segala keistimewaannya. Dua tahun terakhir sering kali bolak-balik ke Yogyakarta, tak pernah membuat saya kehabisan destinasi setiap kembali. Selain terkenal dengan julukan "Kota Pelajar" nya, kini Yogyakarta juga bertransformasi menjadi kota wisata. Jogja tak hanya sekedar Malioboro dan Prambanan. Banyak tempat-tempat indah dan menarik di seantero Yogya.

"Satu minggu kamu keliling Jogja, gak bakal abis tempat yang harus kamu kunjungin", ucap salah seorang teman saya dari Jogja. 

Lain hal nya dengan Bandung, pengelolaan wisata di Jogja tak se'Niat' wisata di Bandung. Nyaris jarang sekali saya temui plang-plang atau baligho besar yang menunjukan tempat wisata di Jogja. Bahkan dari wilayah kota, tak banyak petunjuk arah yang dapat saya temukan untuk membantu saya menemukan destinasi yang saya tuju. Kendaraan umum pun tak semudah dan sebanyak di kota-kota besar lain yang menjadi primadona pariwisata di Indonesia. Tapi justru itu lah keunikan dan tantangan menikmati Yogyakarta. Tempat-tempat indah itu, letaknya tersembunyi.

Tetapi bukan hal yang sulit dapat menikmati Yogyakarta. Medannya terbilang ramah (tak banyak jalan berkelok dan menanjak. Kecuali daerah Gunung Kidul dan Gunung Merapi), pengendara motornya berkendara dengan santun. Jogja itu ramah perempuan, begitu sering kali saya berkomentar.

Menariknya, banyak sekali tempat wisata di Jogja yang justru dikelola oleh warga lokal. Hal ini tentu saja mampu membantu perekonomian warganya. Dimulai dari tempat yang memang 'sengaja' diciptakan untuk menarik wisatawan, sampai tempat yang 'tidak sengaja' diciptakan untuk menarik wisatawan. Ya, tidak semuanya sengaja diciptakan untuk menjadi tempat wisata. Namun sekali lagi, lagi-lagi Jogja selalu menjadi 'Sesuatu' bagi siapa saja yang sengaja ataupun tidak sengaja menginjakkan kaki di tanah kerajaan ini. 

Salah satunya, apa yang saya temukan di wilayah Imogiri, Kab. Bantul, Yogyakarta. Semula para pemuda di Dusun Manggung, Desa Wukirsari, Kec. Imogiri ini resah dengan kebiasaan warga yang sering kali membuang sampah ke Kalen (B. Jawa = Selokan). Lalu para pemuda Dusun Manggung berembug dan bertukar pikiran bagaimana menghilangkan kebiasaan buruk warga.

Pada September 2017, selokan di Dusun Manggung dengan panjang sekitar 150 meter ini ditanami aneka benih ikan. Jenis ikan yang ditebar di kalen diantaranya, Ikan Botia, Ikan Gurame, Ikan Mas, Ikan Pelangi Merah, Ikan Sumatera dan banyak aneka ragam jenis ikan lainnya. Melihat kalen yang sudah dirubah menjadi kolam ikan ini, akhhirnya warga Dusun Manggung pun menjadi eman untuk membuang sampah ke selokan lagi.

Saat saya berkunjung kesana, sudah ada lebih 3.000 ekor ikandi dalam kalen. Akhirnya pemuda Dusun Manggung menyelenggarakan lomba memancing agar jumlah ikan tidak terlalu melimpah serta akan ditanami benih ikan baru.

Ikannya ngga keliatan karena sudah banyak yang dipancing dan air dalam kondisi keruh

Penampakan ikan hasil tangkapan warga


Selain penanaman benih ikan, sepanjang pondasi selokan dan beberapa bangunan hingga rumah warga di Dusun Manggung juga dicat cantik menggunakan cat warna warni. Aneka lukisan dan tulisan edukatif menghiasi Dusun Manggung.




Transformasi Dusun Manggung yang semula tujuannya untuk mengedukasi warga, akhirnya menarik perhatian warga luar Dusun hingga wisatawan yang berkunjung ke Jogja khususnya wilayah Imogiri. Kekuatan social media terutama Instagram, membuat kecantikan Dusun Manggung semakin populer. Akhirnya warga Dusun Manggung ini pun memberikan nama "Kalen Edukasi Lupatmo" sebagai salah satu destinasi wisata di Imogiri.



Seiring berjalannya waktu, pemuda Dusun Manggung pun semakin kreatif mengelola Kalen Edukasi. Berbagai aneka jenis permainan tradisional disuguhkan untuk menarik wisatawan. Tak hanya itu, wisatawan pun bisa memberikan makan ikan yang berada di sepanjang kalen dengan membeli pakan ikan seharga Rp 1.000 saja per botol.




Baca baik-baik tulisan di atas aquarium. Wkwkwk.

Wajib nyicip Mie Letek, kuliner khas Bantul 3.000 rupiah saja.

Kalen Edukasi Lupatmo tak hanya merubah budaya hidup warga Dusun Manggung, lebih dari itu warga belajar mencintai alam dan lingkungan yang telah susah payah mereka bangun. Lingkungan yang nyaman, alam pun akan senantiasa aman. Lingkungan yang aman, pasti dihuni orang yang beriman. Tentu kita sangat berharap jika gagasan dari pemuda Dusun Manggung ini dapat menginspirasi desa-desa atau wilayah lainnya

Komentar

Postingan Populer