Rona Nusantara: Sepatu Untuk Anak-Anak Cidaun (Part 2)



Pelajaran berharga yang saya petik dari warga Panyindangan adalah, mereka mampu berdaya di atas ketidakberdayaan.

Minimnya perhatian pemerintah daerah, saya lihat tak terlalu jadi soal bahkan alasan bagi mereka untuk tidak mampu berdiri di atas kaki sendiri. Walau jika mau diungkit, banyak hal yang bisa mereka tuntut.

Anak-anak yang ditinggal orang tua ke perantauan sejak kecil menjadikan mereka generasi yang mencintai madrasah sebagai tempat mereka tumbuh. Madrasah diciptakan mereka sebagai solusi pengasuhan anak-anak Kp. Panyindangan. Minimnya listrik yang mereka dapat menjadikan interaksi dan silaturahim yang berkali-kali lipat dibanding masyarakat perkotaan. Semuanya begitu merasa sedulur.
***
Kp. Panyindangan, Desa Cidaun Kab. Cianjur Selatan adalah lokasi pertama terlaksananya program Rona Nusantara. Pada awalnya Rona Nusantara merupakan program kerja sama antara Komite Relawan Nusantara dengan Inspira TV. Diawali pada tanggal 30 September - 03 Oktober 2016 dengan tagline program "Traveling and Inspiring" program Rona Nusantara diharapkan mampu menghadirkan pesona alam Indonesia yang begitu me-Rona dengan kegiatan berbagi kepada masyarakat pedalaman yang diharapkan mampu memberikan inspirasi untuk melakukan gerakan kebaikan. Episode 1 : Rona Nusantara (Sepatu Untuk Anak-Anak Cidaun).
***
Pagi itu,  kami harus bangun lebih pagi. 30 orang anak-anak Kp. Panyidangan menunggu hadiah sederhana. Ada pecutan semangat yang ingin kami bagi untuk mereka. Sepatu untuk mendukung semangat mereka pergi sekolah. Bayangkan saja, 2 KM jarak yang harus mereka tempuh dengan berjalan kaki. 4 KM untuk pulang-pergi setiap hari!! jangan ditanya kondisi jalan yang harus mereka lalui. Bukan jalanan datar!



Siangnya kami jumpai siswa-siswi SDN 01 Panyindangan. Kegiatan perlombaan akan mewarnai kegiatan rutin mereka hari ini di sekolah. Jangan ditanya antusiasnya, mungkin inilah yang membedakan mereka dengan anak-anak di perkotaan. Jauh dari gadget menjadikan mereka pribadi yang tidak anti sosial sejak kecil. Lucunya, salah satu perlombaan yang kami lakukan adalah lomba memasak sandwich dan bola-bola cokelat. "Sandwich" salah satu panganan asing yg tidak pernah mereka jumpai. Alhasil suka-suka merekalah mau menumpuk roti dengan cara apa.
SDN 01 Panyindangan






Sandwich Ala-Ala

Pelajaran berharga lainya saya dapatkan dari anak-anak di hari terrakhir. Kearifan lokal terpancar dari budaya "Ngaliwet" yang dilakukan oleh anak-anak di Kp. Panyindangan. "Nagliwet" merupakan budaya memasak Nasi Liwet secara bergotong royong. Aktifitas ini memang masih banyak dilakukan oleh masyarakat sunda di daerah. Tapi di Panyindangan kami belajar kearifan lokal dan gotong royong ini dari anak-anak!!

Anak-anak di madrasah yang sebagian besar masih duduk di bangku SD sudah pandai memasak. Berusaha menyenangkan perut-perut kami :)

*)Foto-foto ngaliwet entah dimana

Jika saja indikator kesejahteraan masyarakat bukanlah nilai materi akan harta yang dimiliki, mungkin warga Panyindangan sudah dapat dikatakan sejahtera. Banyak bentuk kearifan lokal yang masih bertahan. Bahan makanan dicukupi dari kebun dan laut. Bahan bangunan rumah diperoleh dengan mudah dari hutan dekat kampung. Tenaga kerja melimpah dari saudara atau tetangga dimana sistem gotong royong masih terjaga.

Rasanya ingin saya ikrarkan, dari mereka kesejahteraan tak kupandang dari jumlah rupiah yang dihasilkan.

First Talent Rona Nusantara (Ahmad Sopian)
Perjalanan keberangkatan melipir di Perkebunan Teh Rancabali

Crew Inspira TV
Poster programnya kaya gini dulu, logonya masih gitu, taglinenya juga belum berubah


Komentar

Postingan Populer